Kamis, 09 Januari 2014

STRATEGI, FAKTOR PENDUKUNG DAN UKURAN KEBERHASILAN MBS SERTA PERENCANAAN PENGEMBANGAN SEKOLAH (RPS)
MAKALAH
            Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok
Mata Kuliah Manajemen Berbasis Sekolah
Dosen Pengampu :Asep Saefudin, M.Pd


 






Disusun Oleh :

Ahmad Zaeni
110641002
Achmad
110641010
Ade Febriyanto
110641015
Tri lestari
100641173
Ulfa Halimah
110641417









Kelas : A-1

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH CIREBON
2013




KATA PENGANTAR
            Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan tugas makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Shalawat serta salam selalu kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, serta kami selaku umatnya. Semoga kita mampu meneladani Beliau sebagai manusia yang berguna.
            Adapun tujuan penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok dari mata kuliah Manajemen Berbasis Sekolah dengan judul "STRATEGI, FAKTOR PENDUKUNG DAN UKURAN KEBERHASILAN MBS SERTA PERENCANAAN PENGEMBANGAN SEKOLAH (RPS)”. Semoga dengan diberikannya tugas ini kami dapat meningkatkan kemampuan pemahaman tentang mata kuliah Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan sesuai dengan tujuan, sasaran serta meningkatkan kualitas belajar kami.
            Makalah ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak karena keberhasilan suatu usaha tidak hanya ditentukan oleh dedikasi, loyalitas dan dana melainkan dukungan dari berbagai pihak serta faktor penunjang lainnya. Terima kasih kami ucapkan kepada Dosen Pengampu Bapak Asep Saefudin, M.Pd., yang telah memberikan saran serta masukan guna untuk menyempurnakan makalah ini.
            Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun, agar laporan kami menjadi lebih baik dan berguna di masa yang akan datang.
Cirebon, 26 November 2013


Penyusun





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Peningkatan mutu pendidikan di sekolah perlu di dukung kemampuan manajerial para kepala sekolah. Sekolah perlu berkembang maju dari tahun ke tahun. Karena itu, hubungan baik antar guru perlu diciptakan agar terjalin kondisi dan suasana kerja yang kondusif dan menyenangkan. Demikian halnya penataan penampilan fisik dan manajemen sekolah perlu dibina agar sekolah menjadi lingkungan pendidikan yang dapat menumbuhkan kreativitas, disiplin dan semangat belajar peserta didik. Maka perlu adanya implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
Untuk mengimplementasikan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) secara efektif dan efisien, kepela sekolah harus memiliki pengetahuan kepemimpinan, perencanaan dan pandangan yang luas tentang sekolah dan pendidikan. Wibawa kepala sekolah harus ditumbuh kembangkan dengan meningkatkan sikap kepedulian, semangat belajar, disiplin kerja, keteladanan dan hubungan dengan berbagai pihak yang berperan dalam meningkatkan mutu pendidikan sebagai modal perwujudan suasana kerja yang kondusif. Kepala sekolah juga dituntut melakukan fungsinya sebagai manajer sekolah dalam meningkatkan proses belajar-mengajar dengan melakukan supervisi kelas, membina dan memberikan saran-saran positif kepada guru. Disamping itu, kepala sekolah juga harus melakukan tukar pikran, sumbang saran dan studi banding antar sekolah untuk men yerap kiat-kiat kepemimpinan dari kepala sekolah yang lain.
Dalam rangka mengimplementasikan MBS secara efektif dan efisien, guru harus berkreasi dalam meningkatkan manajemen kelas. Guru adalah teladan dan panutan bagi peserta didik. Oleh karena itu, guru harus siap dengan segala kewajiban, baik manjemen maupun persiapan isi materi pengajaran. Guru juga harus mengorganisasikan kelasnya dengan baik. Maka kreativitas seorang guru dalam mengimplementasikan manajemen berbasis sekolah harus terus menerus didorong dan dikembangkan.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana strategi implementasi MBS?
2.      Apa faktor pendukung keberhasilan MBS?
3.      Apa ukuran keberhasilan MBS?
4.      Bagaimana perencanaan pengembangan pendidikan di sekolah?
5.      Bagaimana latihan menyusun Rencana Pengembangan Sekolah (RPS)?
C.    Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuannya adalah untuk :
1.      Mengetahui strategi Implementasi MBS.
2.      Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi MBS
3.      Mengetahui ukuran keberhasilan MBS.
4.      Mengetahui perencanaan pengembangan pendidikan di sekolah.
5.      Mengetahui latihan menyusun Rencana Pengembangan Sekolah (RPS).






BAB II
PEMBAHASAN
A.    Strategi Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Pada dasarnya, tidak ada satu strategi khusus yang jitu dan bisa menjamin keberhasilan implementasi MBS disemua tempat dan kondisi. Oleh karena itu, strategi implementasi MBS di suatu negara dengan negara lain bisa berlainan, antara satu daerah dengan daerah lain juga bisa berbeda, bahkan antar sekolah dalam daerah yang sama pun bisa berlainan strateginya.
Keberhasilan sekolah dalam mengimplementasikan MBS seharusnya mengacu kepada prinsip dan karakteristik MBS. Beberapa prinsip MBS yang dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi sekolah dalam menerapkan MBS, yaitu otonomi sekolah, fleksibilitas, partisipasi dan akuntabilitas untuk mencapai sasaran peningkatan mutu sekolah. Menurut Wohlstetter dan Mohrman (1997), terdapat empat kewenangan (otonomi) dan tiga prasyarat yang bersifat organisasional yang seharusnya dimiliki sekolah dalam mengimplementasikan MBS, yaitu berkaitan dengan :
1.      Kekuasaan (power) untuk mengambil keputusan;
2.      Pengetahuan dan keterampilan, termasuk untuk mengambilan keputusan yang baik dan pengelolaan secara profesional;
3.      Informasi yang diperlukan oleh sekolah untuk mengambil keputusan;
4.      Penghargaan atas prestasi (reward);
5.      Panduan instruksional (pembelajaran), seperti rumusan visi dan misi sekolah yang memfokuskan pada peningkatan mutu pembelajaran;
6.      Kepemimpinan yang mengupayakan kekompakan (kohesif) dan fokus pada upaya perbaiakan atau perubahan, serta;
7.      Sumber daya yang mendukung.
Disamping itu, penerapan MBS di sekolah juga hendaknya memperhatikan karakteristik dari MBS, baik dilihat dari aspek input, proses dan output. Pemahaman terhadap prinsip MBS dan karakteristik MBS akan membawa sekolah kepada penerapan MBS yang lebih baik. Pada akhirnya mutu pendidikan yang diharapkan dapat tercapai dan dipertanggung jawabkan, karena pelaksanaannya dilakukan secara partisipatif, transparan dan akuntabel.
Nurkholis (2003:132) mengemukakan sembilan strategi keberhasilan implementasi MBS, yaitu :
1.      Sekolah harus memiliki otonomi terdapat empat hal, yaitu dimilikinya otonomi dalam kekuasaan dan kewenangan, pengembangan pengetahuan dan keterampilan secara berkesinambungan, akses informasi ke segala  bagian, serta pemberian penghargaan kepada setiap pihak yang berhasil. Mulyasa (2005:41) menyatakan bahwa salah satu bentuk otonomi sekolah adalah kebijakan pengembangan kurikulum yang mengacu kepada standar kompetensi, kompetensi dasar dan standar isi serta pembelajaran beserta sistem evaluasinya, sepenuhnya menjadi wewenang sekolah yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan masyarakat yang dilakukan secara fleksibel. Dengan demikian, otonomi sekolah yang dilakukan secara benar dalam kerangka implementasi MBS diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
2.      Adanya peran serta masyarakat secara aktif dalam hal pembiayaan, proses pengambilan keputusan terhadap kurikulum dan pembelajaran dan non pembelajaran. Menurutnya, sekolah harus lebih banyak mengajak lingkungan dalam mengelola sekolah karena bagaimanapun sekolah adalah bagian dari masyarakat secara luas. Wujud dari partisipasi masyarakat dan orang tua siswa bukan hanya sebatas dalam bantuan dana, tetapi lebih dari itu dalam memikirkan peningkatan kualitas sekolah. Misalnya, partisipasi masyarakat dalam merencanakan dan mengembangkan program-program pendidikan.
3.      Adanya kepemimpinan sekolah yang kuat sehingga mampu menggerakkan dan mendayagunakan setiap sumber daya sekolah secara efektif. Kepala sekolah harus menjadi sumber inspirasi atas pembangunan dan pengembangan sekolah secara umum. Dalam MBS kepala sekolah berperan sebagai designer, motivator, fasilitator dan liaison. Oleh karena itu, pengangkatan kepala sekolah harus didasarkan atas kemampuan manajerial dan kepemimpinan dan bukan lagi didasarkan atas jenjang kepangkatan. Menurut Mulyasa (2005:98), kepala sekolah merupakan “sosok kunci” (the key person) keberhasilan peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dalam kerangka implementasi MBS. Oleh karena itu, dalam implementasi MBS  kepala sekolah harus memiliki visi, misi dan wawasan yang luas tentang sekolah yang efektif serta kemampuan profesional dalam mewujudkannya melalui perencanaan, kepemimpinan, manajerial dan supervisi pendidikan. Kepala sekolah juga dituntut untuk menjalin kerjasama yang harmonis dengan berbagai pihak yang terkait dengan progran pendidikan di sekolah. Singkatnya, dalam implementasi MBS, kepala sekolah harus mampu berperan sebagai educator, manajer, administrator, supervisorr, leader, innovator dan motivator.
4.      Adanya proses pengambilan keputusan yang demokratis dalam kehidupan dewan sekolah yang efektif. Dalam pengambilan keputusan kepala sekolah harus mengembalikan iklim demokratis dan memperhatikan sapirasi dari bawah. Konsumen yang harus dilayani kepala sekolah adalah murid dan orang tuanya, serta masyarakat dan para guru.
5.      Semua pihak harus memahami peran dan tanggung jawabnya secara bersungguh-sungguh. Untuk bisa memahami peran dan tanggung jawabnya masing-masing harus ada sosialisasi tentang konsep MBS.
6.      Adanya panduan (guidlines) dari Departemen Pendidikan terkait sehingga mampu mendorong proses pendidikan di sekolah secara efisien dan efektif. Dengan dasar hukum pelaksanaan MBS yang tertuang dalam UU No. 25 Tahun 2000 dan UU No. 20 Tahun 2003, Departemen Pendidikan diharapkan memberikan panduan sebagai rambu-rambu dalam pelaksanaan MBS yang sifatnya tidak mengekang dan membelenggu sekolah.
7.      Sekolah harus transparan dan akuntabel yang minimal diwujudkan dalam laporan pertanggung jawaban tahunan. Akuntabilitas sebagai bentuk pertanggung jawaban sekolah terhadap semua stakeholder. Untuk itu, sekolah harus dikelola secara transparan, demokratis dan terbuka terhadap segala bidang yang dijalankan dan kepada setiap pihak terkait.
8.      Penerapan MBS harus diarahkan untuk pencapaian kinerja sekolah, khususnya pada peningkatan prestasi belajar siswa.
9.      Implementasi diawali dengan sosialisasi konsep MBS, identifikasi peran masing-masing, pembangunan kelembagaan (capacity building), pengadaan pelatihan-pelatihan terhadap peran barunya, implementasi pada proses pembelajaran, monitoring dan evaluasi serta melakukan perbaikan-perbaikan.
Disamping itu, pelaksanaan MBS, perlu didukung oleh iklim sekolah yang memadai, yaitu iklim sekolah yang kondusif bagi terciptanya suasana yang aman, nyaman dan tertib, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan tenang dan menyenangkan (enjoyable learning). Iklim sekolah akan mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang efektif, yang lebih menekankan pada learning to know, learning to do, learning to be dan learning to live together. Untuk mendukung semua itu, sekolah perlu dilengkapi oleh sarana dan prasarana pendidikan serta sumber-sumber belajar yang memadai.
B.     Faktor Pendukung Keberhasilan MBS
Keberhasilan implementasi MBS di Indonesia tidak terlepas dari dasar hukum implementasi MBS yang tertuang dalam berbagai kebijakan pemerintah. Walaupun penerapan MBS lebih dahulu terjadi dibandingkan dengan dasar hukum pelaksanaanya, namun dukungan yang nyata dari pemerintah melalui kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan menjadi dasar bagi sekolah untuk lebih leluasa dalam mengembangkan pendidikan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Salah satu contoh dukungan pemerintah dalam pelaksanaan MBS adalah adanya panduan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS).
Menurut Nurkholis (2003:264) ada enam faktor pendukung keberhasilan implementasi MBS, yang mencakup political will, finansial, sumber daya manusia, budaya sekolah, kepemimpinan dan keorganisasian.
Aspek finansial atau keuangan merupakan faktor penting bagi sekolah dalam mengimplementasikan MBS. Kalau mencermati perjalanan implementasi MBS di Indonesia baru dirasakan secara langsung melalui pemberian dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Tetapi, cukupkah keuangan BOS tersebut bagi implementasi MBS untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah? Tentu saja tidak cukup, karena BOS hanya bantuan minimal bagi sekolah. Oleh karena itu, dukungan finansial dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk percepatan peningkatan pendidikan di sekolah melalui MBS.
Mulai tahun 1999 sampai dengan tahun 2007, implementasi MBS mendapatkan dukungan dari lembaga-lembaga donor internasional dan negara-negara tetangga, di antaranya adalah Unesco, New Zealand Aid, Asian Development Bank, USAID dan AusAID. Yang paling menyedihkan adalah banyak perusahaan-perusahaan di Indonesia yang setiap tahunnya memberikan laporan keuntungan yang sangat besar, tetapi konstribusinya terhadap pendidikan masih sangat rendah. Di samping itu walaupun UUD 1945 yang diamandemenkan mengamanatkan bahwa pemerintah pusat dan daerah harus mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar 20%, namun dalam prakteknya masih sangat sulit diterapkan. Jika dukungan pemerintah melalui alokasi anggaran pendidikan 20% dipenuhi, sebagian dana pendidikan tersebut dapat digunakan untuk mendukung kesuksesan implementasi MBS.
 Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam mendukung keberhasilan implementai MBS. Ketersediaan sumber daya manusia yang mendukung implementasi MBS belum cukup. Karena MBS merupakan hal yang baru dan hanya sebagian orang yang mempunyai keahlian dan keterampilan dalam mendukung implementasi MBS. Oleh karena itu, dukungan untuk on the job training atau in  service training dalam kerangka peningkatan pengetahuan dan kemampuan tentang MBS perlu dilakukan.
Faktor budaya sekolah rata-rata belum bisa mendukung kesuksesan implementasi MBS. Perubahan dari budaya sekolah yang telah lama terbentuk dengan manajemen pendidikan yang sentralistik menuju manajemen pendidikan yang sentralistik masih suli dilaksanakan. Budaya yang hanya melaksanakan apa yang ditetapkan pusat masih melekat pada sebagian besar sekolah. Masih banyak warga sekolah yang tidak perduli terhadap kemajuan sekolahnya. Oleh karena itu, perlu dibangun budaya sekolah yang mendukung implementasi MBS, seperti budaya untuk maju, bekerja keraa, inovatif dan sebagainya untuk mencapai peningkatan mutu sekolah.
Kepemimpinan dan organisasi yang efektif merupakan faktor penting lainnya untuk keberhasilan implementasi MBS. Kepemimpinan yang efektif tercapai apabila kepala sekolah memiliki kemampuan profesional di bidangnya, memiliki bakat atau sifat, serta memahami kondisi lingkungan sekolah dalam menerapkan kepemimpinannya. Di samping itu, sekolah sebagai organisasi harus diubah dan dikembangkan. Perubahan dan pengembangan organisasi sekolah harus diawali dari perubahan individu dan lingkungan kerja secara bertahap, sehingga perubahan sekolah akan berjalan baik apabila perubahan organisasi itu berdampak pada perbaikan kehidupan para guru dan stafnya.
C.    Ukuran Keberhasilan Implementasi MBS
Ukuran keberhasilan implementasi MBS tidak terlepas dari tiga pilar kebijkan pendidikan nasional, khususnya pilar kedua dan ketiga, yaitu pemerataan dan peningkatan mutu dan tata layanan.
Pada aspek pemerataan dan peningkatan akses, keberhasilan MBS dapat dilihat dari kemampuan sekolah dan daerah dalam menangani masalah pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan. MBS dikatakan berhasil apabila jumlah anak usia sekolah yang bersekolah meningkat, khususnya dari kelompok masyarakat berasal dari daerah pedesaan dan terpencil, keluarga yang kurang beruntung secara ekonomi, sosial dan budaya, geender serta penyandang cacat. Ukuran-ukuran kuantitatif yang dapat digunakan adalah nilai Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM) dan angka Transisi (AT).
Dari segi indikator aspek peningkatan mutu, keberhasilan implemenatsi MBS dapat dilihat dari meningkatnya prestasi akademik maupun non-akademik. Sedangkan indikator tata layanan pendidikan ditunjukkan oleh sejauh mana peningkatan layanan pendidikan sekolah itu terjadi. Layanan yang lebih baik kepada siswa melalui pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan kondisi sekolah, akan menyebabkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif, serta siswa pun menjadi lebih aktif dan kreatif karena mereka berada dalam lingkungan belajar yang menyenangkan. Tata layanan pendidikan yang berkualitas mengakibatkan prestasi siwa juga meningkat, baik dari aspek akademik maupun non akademik. Dampak positif lainnya dari tata  layanan pendidikan yang berkualitas ialah menurunnya jumlah siswa mengulang kelas atau drop-out.
Uraian di atas menunjukkan bahwa sekolah yang telah berhasil menerapkan MBS akan tercermin dari kinerja sekolah yang kian membaik atau meningkat. Dampak dari meningkatnya kinerja sekolah adalah pengelolaan sekolah lebih efektif dan efesien. Di samping kinerja sekolah tersebut, indikator lain yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan implementasi MBS adalah meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan di sekolah baik yang instruksional dan organisasional yang menjadikan sekolah lebih demokratis, transparan dan akuntabel.
Nurkholis (2003:271-282) menyatakan bahwa ukuran keberhasilan implementasi MBS di Indonesia dapat dinilai setidaknya dari sembilan kriteria, yakni :
1.      Jumlah siswa yang mendapat layanan pendidikan semakin meningkat
2.      Kualitas layanan pendidikan menjadi lebih baik, yang berdampak pada peningkatan prestasi akademik dan non akademik siswa.
3.      Tingkat tinggal kelas menurun dan produktivitas sekolah semakin baik. Maksudnya, rasio antara jumlah siswa yang mendaftar dengan jumlah siswa yang lulus menjadi lebih besar. Siswa yang tinggal di kelas menurun dikarenakan :
a)      Siswa semakin semangat datang ke sekolah dan belajar di rumah dengan dukungan orang tua dan lingkungannya;
b)      Pembelajaran di sekolah semakin baik karena kemampuan mengajar guru menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Aspek produktivitas sekolah pun semakin meningkat disebabkan karena :
1)      Peningkatan efisiensi dalam penggunaan berbagai sumber daya di sekolah, dengan memberdayakan peran serta masyarakat, institusi dan tenaga kependidikan secara demokratis dan efisien;
2)      Peningkatan efektivitas dengan tercapainya berbagai tujuan pendidikan yang diterapkan.
4.      Relevansi pendidikan semakin baik, karena program-program sekolah dibuat bersama-sama dengan masyarakat dan tokoh masyarakat, baik dari aspek pengembangan kurikulum maupun sarana dan prasarana sekolah yang disesuaikan kebutuhan lingkungan masyarakat;
5.      Terjadinya keadilan dalam penyelanggaraan pendidikan karena penentuan biaya pendidikan tidak dilakukan secara pukul rata, tetapi didasarkan pada kemampuan ekonomi masing-masing keluarga;
6.      Meningkatnya keterlibatan orang tua dan masyarakat dalam pengambilan keputusan disekolah;
7.      Iklim dan budaya kerja sekolah semakin baik yang berdampak positif terhadap peningkatan kualitas pendidikan;
8.      Kesejahteraan guru dan staf sekolah membaik;
9.      Terjadinya demokratisasi dalam penyelenggaraan pendidikan.
Dilihat dari aspek kelembagaannya maka ukuran keberhasilan implementasi MBS dapat dilihat dari ciri-ciri sekolah yang melaksanakan MBS. Adapun ciri-cirinya, yaitu:
1.      Dilihat dari segi Organisasi Sekolah :
a)      Menyediakan manajemen atau organisasi atau kepemimpinan transformasional dalam mencapai tujuan sekolah;
b)      Menyusun rencana sekolah dan merumuskan kebijakan untuk sekolahnya sendiri;
c)      Mengelola kegiatan operasional sekolah
d)     Menjamin adanya komunikasi yang efektif antara sekolah dan masyarakat;
e)      Menggertakkan partisipasi masyarakat;
f)       Menjamin terpeliharanya sekolah yang bertanggung jawab kepada masyarakat dan pemerintah.
2.      Dilihat dari segi Prose Belajar Mengajar :
a)      Meningkatkan kualitas belajar siswa;
b)      Mengembangkan kurikulum yang cocok dan tanggap terhadap kebutuhan siswa dan masyarakat;
c)      Menyelenggarakan pembelajaran yang efektif;
d)     Menyediakan program pengembangan yang diperlukan siswa;
e)      Berperan serta dalam memotivasi siswa.
3.      Dilihat dari  Sumber Daya Manusia :
a)      Memberdayakan staf dan menempatkan personil yang dapat melayani keperluan siswa;
b)      Memilih staf yang memiliki wawasan MBS;
c)      Menyediakan kegiatan untuk pengembangan profesi bagi semua staf;
d)     Menjamin kesejahteraan staf dan siswa;
e)      Menyelenggarakan forum untuk membahas kemajuan kinerja sekoalah.
4.      Dilihat dari segi Sumber Daya dan Administrasi :
a)      Mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan dan mengalokasikan sumber daya tersebut sesuai dengan kebutuhan;
b)      Mengelola sekolah secara efektif dan efisien;
c)      Menyediakan dukungan administrasi;
d)     Mengelola dan memelihara sarana dan prasarana.
D.    Perencanaan Pengembangan Pendidikan di Sekolah
Selama ini kelemahan kita dalam mencapai tujuan yang sudah di tetapkan adalah masalah perencanaan dan dokumen, arsip atau catatan kegiatan. Perencanaan jarang kita lakukan, kalaupun ada biasanya tidak terdokumentasikan dengan baik, dilanggar atau bahkan tidak dilaksanakan. Nawawi (1997:10) mengatakan bahwa pada dasarnya perencanaan berarti persiapan menyususn seuatu keputusan berupa langkah-langkah penyelesaian suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah pada pencapaian tujuan tertentu.
Syaiful Sagala (2004:19) mengatakan bahwa perencanaan (planning) adalah fungsi manajemen yang menentukan secara jelas pemilihan pola-pola pengarah untuk pengambil keputusan sehingga terdapat koordinasi dari demikian banyak keputusan dalam suatu kurun waktu tertentu dan mengarah kepada tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Hal ini menunjukkan bahwa perencanaan merupakan suatu proses yang memungkinkan seorang manajer melihat ke masa depan dan menemukan berbagai alternatif arah kegiatan. Karena itu, perencanaan merupakan urut nadi dalam sebuah manajemen.
Jadi, perencanaan adalah proses penetapan dan pemanfaatan sumber-sumber daya secara terppadu yang diharapkan dapat menunjang kegiatan-kegiatan dan upaya-upaya yang akan dilaksanakan secara efisien dan efektif dalam mencapai tujuan.
Dalam suatu perencanaan perlu ditetapkan teknik atau cara dan alat pengukur yang akan digunakan untuk mengetahui tahap pencapaian tujuan yang telah dirumuskan. Usaha mengukur ketercapaian itu disebut evaluasi. Evaluasi adalah proses penetapan seberapa jauh tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai dengan mempergunakan cara kerja, alat dan personil tertentu. Dengan demikian usaha merencanakan cara evaluasi akan meliputi pula tindakan kontrol terhadap efisiensi cara kerja, keserasian dan ketepatan alat yang dipergunakan, serta kemampuan personal dalam mewujudkan kerja.
Evaluasi internal dapat dilakukan dengan analisis SWOT (Strength, Weaknes, Opportunity dan Threats) yaitu menganalisis kekuatan dan kelemahan lembaga (internal) serta peluang dan ancaman (eksternal) yang dihadapi. Evaluasi diri dilakukan oleh tim secara objektif terhadap kinerja lembaga. Berdasarkan hasil analisis tersebut kemudian dirumuskan isu atau permasalahan yang harus dicari pemecahannya serta tindakan yang perlu dilakukan. Hal penting yang harus diperhatikan dalam evaluasi diri adalah ketersedianaan sumber daya dan prioritas program.
Banghart dan Trull (dalam Sagala, 2000:46) mengemukakan bahwa perencanaan pendidikan adalah awal dari proses-proses rasional dan mengandung sifat optimisme yang didasrkan atas kepercayaan bahwa berbagai permasalahan akan dapat diatasi. Perencanaan pendidikan di sekolah harus luwes, mampu menyesuaikan diri terhadap kebutuhan, dapat dipertanggung jawabkan dan menjadi penjelas dari tahap-tahap yang dikehendaki dengan melibatkan sumber daya dalam pembuatan keputusan. Perencanaan sekolah ini juga seharusnya menjadi bagian penting dari perencanaan pemerintah kabupaten/kota tempat sekolah itu berada.
Dari berbagai hasil penelitian, ditemukan bahwa salah satu kelemahan sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolah adalah dalam penyusunan rencana pengembangan sekolah. Hanya sebagian kecil saja sekolah yang memiliki rencana pengembangan sekolah secara komprehensif. Karena pada umunya sekiolah hanya memiliki rencana kegiatan tahunan, tetapi jarang yang memiliki rencana pengembangan untuk jangka panjang.  Selain itu, banyak sekolah yang dalam menyusun rencana kegiatan tahunan tersebut terkesan berorientasi pada “penggunaan” dana yang dimiliki, disebabkan oleh kekurang pahaman sekolah terhadap cara penyususnan rencana pengembangan sekolah, sehingga jika ditanya tentang rencana kegiatan tahunan, mereka akan menunjukkan RAPBS (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah).
Rencana Pengembangan Sekolah merupakan rencana yang komprehensif untuk mengoptimalkan pemanfaatan semua sumber daya yang ada dan yang mungkin diperoleh guna mencapai tujuan yang di inginkan pada masa mendatang. Rencana Pengembangan Sekolah harus mempertimbangkan dan memperhatikan peluang dan ancaman dari lingkungan eksternal dan memperhatikan kekuatan dan kelemahan internal, kemudian mencari dan menemukan strategi dan program-program untuk memanfaatkan peluang dan kekuatan yang dimiliki serta mengatasi tantangan dan kelemahanyang ada guna mencapai visi yang telah ditetapkan.
Oleh karenanya, rencana pengembangan sekolah harus memuat secara jelas hal-hal sebagai berikut :
1.      Visi sekolah adalah menggambarkan sekolah yang diinginkan di masa mendatang (jangka panjang).
2.      Misi sekolah, berisi tindakan atau upaya untuk mewujudkan visi sekolah yang telah ditetapkan sebelumnya.
3.      Tujuan pengembangan sekolah menjelaskan apa yang ingin dicapai dalam upaya pengembangan sekolah pada kurun waktu menengah, misalnya untuk 3-5 tahun.
4.      Tantangan nyata yang harus diatasi sekolah, yaitu gambaran kesenjangan (GAP) dari tujuan yang di inginkan dan kondisi sekolah saat ini.
5.      Sasaran pengembangan sekolah, yaitu apa yang diinginkan sekolah untuk jangka pendek, misalnya untuk satu tahun.
6.      Identifikasi fungsi-fungsi yang berperan penting dalam pencapai sasaran tersebut.
7.      Analisis SWOT terhadap fungsi-fungsi tersebut, sehingga ditemuka kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity) dan ancaman (threatt) dari setiap fungsi yang telah diidentifikasi sebelumnya.
8.      Identifikasi alternatif langkah untuk mengatasi kelemahan dan ancaman dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang dimiliki sekolah.
9.      Rencana dan program sekolah yang dikembangkan dari alternatif yang terpilih guna mencapai sasaran yang ditetapkan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam meenyusun rencana pengembangan sekolah alaha adanya keterlibatan berbagai pihak yang berkepentingan (stake holder), misalnya guru, siswa, tata usaha, orang tua siswa, tokoh masyarakat yang memiliki perhatian sekolah. Karena dengan cara tersebut, diharapkan rencana pengembangan sekolah menjadi “milik” semua warga sekolah dan pihak yang terkait sesuai dengan kemampuan dan kepentingan masing-masing.
Rencana pengembangan sekolah sebenarnya secara komprehensif mencakup harapan jangka panjang yang ditunjukkan oleh visi sekolah, harapan jangka meenengah yang ditunjukkan oleh tujuan sekolah dan sasaran jangka pendek sekaligus bagaimana mencapai sasaran tersebut. Jika tahapan tersebut dilakukan secara konsisten, maka ketercapaian sasaran demi sasaran pada akhirnya mencapai visi sekolah. Ketika rencana dan program tahunan sekolah telah disusun harus diikuti dengan penyusunan rencana anggaran sekolah yang biasanya disebut Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS). Jadi, RAPBS adalah dukungan “anggaran” untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
E.     Latihan Menyusun Rencana Pengembangan Sekolah (RPS)
Dalam melaksanakan MBS, sekolah harus mampu membuat rencana pengembangan sekolah (RPS) yang mengarah pada peningkatan kualitas sekolah. Sebuah RPS yang baik memiliki beberapa tahapan hierarkis, sistematis dan jelas. Karena RPS merupakan pedoman kerja (kerangka acuan) dalam melaksanakan pengembangan sekolah, dasar untuk melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengembangan sekolah serta acuan untuk mengidentifikasi dan mengajukan sumber-sumber daya pendidikan yang diperlukan dalam pengembangan sekolah.
Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) yang abik memiliki sejumlah ciri berikut :
1.      Komprehensif dan terintegrasi, yakni mencakup perencanaan keseluruhan program yang akn dilaksanakan.
2.      Multi tahunan, yaitu mencakup beberapa tahun. Umunya di sekolah dikembangkan untuk jangka waktu 4-5 tahun. Setiap tahun terus diperbaharui sesuai dengan perkembangan terakhir.
3.      Multi sumber, yaitu menunjukkan jumlah dan sumber dana masing-masing program.
4.      Disusun secara partisipatif oleh Kepala Sekolah, Komite Sekolah dan Dewan Pendidik.
5.      Pelaksanaannya dimonitor oleh Komite Sekolah dan pemangku kepentingan yang lain.
Berikut ini langkah-langkah penyususnan Rencana Pengembangan Sekolah, yaitu sebagai berikut :
1.      Merumuskan Visi Sekolah
Visi adalah imajinasi moral yang menggambarkan profil sekolah yang diinginkan pada masa mendatang yang didasarkan pada SWOT sekolah dan stakeholder. Mungkin kita mengimajinasikan sekolah yang bermutu, diminati oleh masyarakat, memiliki jumlah guru yang cukup dengan kualitas yang baik, fasilitas sekolah yang baik dan sebagainya. Akan tetapi, visi sekolah harus tetap dalam koridor kebijakan pendidikan nasional serta kemampuan sekolah itu untuk mewujudkannya.
Tanggung jawab di sekolah bukan hanya monopoli kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya, melainkan tanggung jawab banyak orang sebagaimana yang dituangkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. “Guru, karyawan, siswa, orang tua siswa, masyarakat dan pemerintah adalah contoh dari pihak-pihak yang berkepentingan dengan sekolah. Oleh karena itu, dalam merumuskan visi sekolah, kelompok kepentingan tersebut harus diajak bermusyawarah dan didengar pendapatnya agar mereka berperan aktif dalam mewujudkan visi tersebut. Contoh visi sekolah :
a)      Membangun wacana Keilmuan dan Keislaman.
b)      Unggul dalam prestasi berdasarkan Iman dan Taqwa.
c)      Beriman, terdidik dan berbudaya.
Rumusan visi yang baik memiliki ciri berikut :
a)      Berorientasi ke masa depan (jangka waktu yang lama).
b)      Menunjukkan keyakinan masa deapn yang jauh lebih baik sesuai dengan norma dan harapan masyarakat.
c)      Mencerminkan standar keunggulan dan cita-cita yang ingin dicapai.
d)     Mencerminkan dorongan yang kuat akan tumbuhnya inspirasi, semangat dan komitmen warga sekolah dan sekitarnya.
e)      Mampu menjadi dasar dan mendorong terjadinya perubahan dan pengembangan sekolah ke arah yang lebih baik.
f)       Menjadi dasar perumusan misi dan tujuan sekolah.
2.      Menyusun Misi Sekolah
Misi merupakan penjabaran visi dalam bentuk rumusan tugas, kewajiban dan rancangan tindakan yang dijadikan arahan untuk mewujudkan visi. Dengan kata lain, misi adalah bentuk layanan untuk memenuhi tuntutan yang dituangkan dalam visi dengan berbagai indikatornya. Contoh rumusan misi, yaitu:
a)      Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, sehingga setiap siswa dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki.
b)      Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga sekolah.
c)      Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut dan juga budaya bangsa, sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak.
3.      Merumuskan Tujuan Sekolah
Perumusan tujuan sekolah harus berdasarkan dari visi dan misi. Jika visi dan misi terkait dengan jangka waktu yang sangat panjang, maka tujuan dikaitkan dengan jangka waktu menengah. Dengan demikian, tujuan pada dasarnya meruppakan tahapan atau langkah untuk mewujudkan visi sekolah yang telah dicanangkan. Sebaiknya tujuan tersebut dikaitkan dengan siklus program sekolah, misalnya untuk jangka 4 tahunan. Berikut contoh rumusan tujuan sekolah :
a)      Pada tahun 2010, memiliki KIR yang mampu menjadi finalis LKIR  tingkat nasional.
b)      Pada tahun 2010, memiliki tim olah raga minimal 3 cabang yang mampu menjadi finalis tingkat propinsi.
4.      Menganalisis Tantangan
Tantangan merupakan kesenjangan antara tujuan yang ingin dicapai sekolah dengan kondisi sekolah saat ini. Tantangan harus “diatasi” selama kurun waktu tertentu. Jika saat ini ssekolah baru mencapai juara ketiga pada LKIR tingkat kabupaten sedangkan tujuan sekolah ingin mencapai juara pertama maka tantangan yang harus dihadapi sekolah adalah “dua peringkat”, yaitu dari juara ketiga menjadi juara pertama.
Pada organisasi besar, seperti perusahaan atau instansi tertentu, sesudah perumusan tujuan dilanjutkan dengan perumusan strategi perusahaan atau instansi tersebut untuk mencapai tujuan. Strategi tersebut disamping mengacu kepada tujuan yang ingin dicapai juga memperhatikan kondisi sekolah saat ini, khususnya kekuatan dan peluang yang dapat digunakan.
5.      Menentukan Sasaran Sekolah
Sasaran harus menggambarkan mutu dan kuantitas yang ingin dicapai dan terukur agar mudah melakukan evaluasi keberhasilannya. Meskipun sasaran dirumuskan berdasarkan tantangan yang dihadapi sekolah, namun perumusan sasaran tersebut harus tetap mengacu pada visi, misi dan tujuan sekolah. Oleh karenanya, sekolah harus memiliki visi, misi dan tujuan sekolah sebelum merumuskan sasarannya.
6.      Mengidentifikasi Fungsi-fungsi
Setelah sasaran ditentukan, selanjutnya dilakukan identifikasi fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran tersebut. Langkah ini harus dilakukan sebagai persiapan dalam melakukan analisis SWOT. Misalnya untuk meningkatkan nilai ujian sekolah adalah fungsi proses belajar mengajar (PBM) dan pendukung PBM, seperti : ketenangan, kesiswaan, kurikulum, perencanaan intruksional, sarana dan prasarana serta hubungan sekolah dan masyarakat. Selain itu terdapat pula fungsi-fungsi yang tidak terkait langsung dengan proses belajar mengajar, misalnya pengelolaan keuangan dan pengembangan iklim.
7.      Melakukan Analisis SWOT
Analisis SWOT dilakukan dengan maksud untuk mengenali tingkat kesiapan setiap fungsi yang ditentukan oleh tingkat kesiapan faktor-faktor yang terlibat untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Untuk tingkat kesiapan yang memadai, artinya meemenuhi kriteria kesiapan minimal yang diperlukan untuk mencapai sasaran, dinyatakan sebagai kekuatan bagi faktor internal atau peluang bagi faktor eksternal. Sedangkan tingkat kesiapan yang kurang memadai, artinya tidak memenuhi kriteria kesiapan minimal, dinyatakan sebagai kelemahan bagi faktor internal atau ancaman bagi faktor eksternal.
Kelemahan atau ancaman yang dinyatakan pada faktor internal dan eksternal yang memiliki tingkat kesiapan yang kurang memadai disebut persoalan. Agar sasaran dapat tercapai, perlu dilakukan tindakan-tindakan untuk mengubah fungsi yang tidak siap menjadi siap. Tindakan yang dimaksud disebut langkah-langkah pemecahan persoalan yang merupakan tindakan mengatasi kelemahan atau ancaman agar menjadi kekuatan atau peluang.
Setelah diketahui tingkat kesiapan faktor melalui analisis SWOT, langkah selanjutnya adalah memilih alternatif langkah-langkah pemecahan persoalan, yakni tindakan yang diperlukan untuk mengubah fungsi yang tidak siap menjadi fungsi yang siap serta mengoptimalkan fungsi yang dinyatakan siap.
8.      Mengidentifikasi Alternatif Langkah Pemecahan Persoalan
Untuk mewujudkan sasaran di atas, sekolah mengidentifikasi kelemahan dan ancaman yang dihadapi dalam mencapai sasaran menjadi finalis pada tingkat kota/kabupaten dalam bidang olah raga bola voli, yaitu waktu pelatihan yang kurang intensif dan tidak adanya pengalaman guru dalam melatih bola voli kurang profesional sert sekolah tidak pernah melakukan uji tanding ke sekolah lain. Disamping itu, terbatasnya fasilitas pengembangan olah raga bola voli pada tingkat kecamatan maupun kota dan kondisi lapangan bola voli di sekolah sebagian dalam keadaan rusak. Berbagai peralatan bola voli juga masih kurang termasuk bola voli. Untuk mengatasi kelemahan dan ancaman tersebut, sekolah melakukan berbagai langkah, diantaranya :
a)      Pengaktifan tim bola voli di sekolah
Hasil analisis menyebutkan bahwa minat siswa terhadap olah raga bola voli cukup tinggi. Sementara latihan yang diadakan sekolah kurang dari satu kali dalam seminggu bahkan tidak ada latihan sama sekali. Untuk itu, diperlukan penggalakan kegiatan olah raga bola voli dengan mengaktifkan kembali tim bola voli pada tingkat sekolah.
b)      Peningkatan sarana dan prasarana olah raga bola voli.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kondisi lapangan sangat jelek dan memerlukan perbaikan serta perlu penambahan sejumlah alat pendukung lainnya. Dengan demikian, akan llebih menarik minat siswa. Untuk itu, sekolah perlu memberikan porsi anggaran yang cukup dalam rangka melakukan renovasi lapangan dan mengalokasikan anggaran untuk membeli peralatan yang kurang atau tidak ada sebelumnya.
c)      Peningkatan waktu latihan dan uji tanding
Waktu latihan kurang memadai dan tidak efektif, karena pelatihan selama ini hanya sekedar memenuhi kegiatan rutin dan tidak memiliki target mutu. Untuk itu program latihan perlu ditingkatkan lebih intensif lagi.
d)      Pelatih dari luar sekolah.
Hasil analisis menunjukkan bahwa sekolah tidak memiliki pelatih yang berpengalaman dalam cabang olah raga bola voli. Untuk itu, diperlukan mendatangkan pelatih dari luar yang memiliki pengalaman bertanding dan mampu memberikan cara-cara terbaik dalam bermain bola voli.
9.      Menyusun Program Peningkatan Mutu
            Dari berbagai alternatif langkah pemecahan persoalan yang ada, kepala sekolah bersama-sama dengan unsur komite sekolah, menyususn dan merealisasikan rencana dan program-programnya untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Rencana yang dibuat harus menjelaskan secara detail dan lugas tentang aspek-aspek mutu yang ingin dicapai, kegiatan yang harus dilakukan, siapa yang harus melaksanakan, kapan dan di mana dilaksanakan serta berapa biaya yang diperlukan. Hal itu juga diperlukan untuk memudahkan sekolah dalam menjelaskan dan memperoleh dukungan dari pemerintah maupun orang tua peserta didik baik secara moral maupun finansial.
            Untuk setiap kegiatan dihitung frekuensinya dan kebutuhan tenaga serta kebutuhan lainnya untuk menghitung anggaran yang diperlukan dalam setiap rencana dan program pelaksanaan. Sekolah perlu melakukan sosialisasi semua rencana yang telah disusun agar dapat diketahui, dipahami dan didukung oleh segenap warga sekolah untuk mencapai sasaran ditetapkan.
10.  Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (APBS)
            Anggaran adalah rencana yang diformulasikan dalam bentuk rupiah untuk jangka waktu tertentu (periode), dengan alokasi sumber-sumber kepada setiap bagian aktivitas. Tiga bagian pokok anggaran suatu unit, yaitu target penerimaan, rencana pengeluaran dan sumber dana lainnya. Misalnya sisa dana periode sebelumnya yang menjadi saldo pada awal periode berjalan.
            Fungsi dasar anggaran adalah sebagai bentuk perencanaan, alat pengendalian dan alat analisis. Agar fungsi-fungsi tersebut dapat berjalan, maka jumlah yang dicantumkan dalam anggaran adalah jumlah yang diperkirakan akan direalisasikan pada saat pelaksanaan kegiatan. Jumlah tersebut diupayakan agar mendekati angka yang sebenarnya, termasuk di dalamnya adalah perhitungan pajak-pajak.
            Penyususnan anggaran berangkat dari rencana kegiatan atau program yang telah disusun. Kemudian, diperhitungkan berapa biaya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut, bukan dari jumlah dana yang tersedia dan bagaimana dana tersebut dihabiskan. Dengan pendekatan yang seperti itu, maka fungsi anggaran sebagai alat pengendalian kegiatan akan dapat diefektifkan. Oleh karena itu, dalan penyusunan anggaran perlu diperhatikan langkah-langkah sebagai berikut :
a)      Mengiventarisasi rencana yang akan dilaksanakan.
b)      Menyusun rencana berdasarkan skala prioritas pelaksanaannya.
c)      Menentukan program kerja dan rincian program atau kegiatan.
d)     Menetapkan kebutuhan untuk pelaksanaan rincian program.
e)      Menghitung dana yang dibutuhkan.
f)       Menentukan sumber dana untuk membiayai rencana.
            Dalam anggaran yang disusun harus termuat informasi tentang:
a)      Informasi rencana kegiatan : sasaran, uraian rencana kegiatan, penanggung jawab, rencana baru atau lanjutan.
b)      Uraian kegiatan program : program kerja, rincian program.
c)      Informasi kebutuhan : barang/jasa yang dibutuhkan, volume kebutuhan
d)     Data kebutuhan : harga satuan, jumlah biaya yang diperlukan untuk seluruh volume kebutuhan.
e)      Jumlah anggaran : jumlah anggaran untuk masing-masing rincian program, program, rencana kegiatan dan total anggaran untuk seluruh kegiatan periode terkait.
f)       Sumber dana : total sumber dana, masing-masing sumber dana yan g mendukung pembiayaan program.          
            Dalam setiap pelaksanaan kegiatan sekolah, diwajibkan adanya laporan sebagai bentuk pertanggung jawaban pelaksanaan kegiatan. Laporan yang dimaksud berkaitan dengan rencana, pelaksanaan program dan penggunaan keuangan yang telah dikeluarkan selama kegiatan berlangsung. Laporan bertujuan untuk melihat sejauh mana keberhasilan yang telah dicapai berdasarkan pada rencana dan kendala yang dihadapi sekolah selama pelaksanaan MBS. Laporan yang harus disiapkan oleh sekolah terdiri atas pelaksanaan rencana kerja tahunan sekolah serta laporan pertanggung jawaban keuangan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaporan adalah sebagai berikut :
a)      Laporan Rencana dan Program Pelaksanaan.
      Laporan ini dibuat secara periodik berdasarkan rencana dan program kerja yang telah disusun. Laporan yang dibuat sekolah terdiri atas laporan kemajuan setiap setengah semester dan laporan akhir yang disiapkan setelah tahun pelajaran berakhir. Laporan ini dimaksudkan sebagai laporan kemajuan untuk melihat perkembangan dan kemajuan yang telah dicapai dan sekaligus mengidentifikasi hambatan yang dialami selama pelaksanaan kegiatan berlangsung agar dilakukan perbaikan atau perubahan. Laporan akhir tahun pelajaran merupakan laporan lengkap tentang seluruh rencana dan program kerja yang telah dilaksanakan selama satu tahun serta hasil-hasil yang dicapai dengan bukti/dokumen.
      Laporan akhir tahun pelajaran pelaksanaan rencana dan program pelaksanaan mencakup :
1)      Pencapaian sasaran mutu yang telah ditetapkan.
2)      Pelaksanaan program.
3)      Kendala selama pelaksanaan.
4)      Anggaran dan sisa dana.
5)      Dampak pelaksanaan program
6)      Simpulan dan saran
b)      Laporan Keuangan
      Bentuk laporan keuangan bisa secara periodik, rutin atau incidental apabila diperlukan. Laporan keuangan  memiliki dua fungsi, yaitu :
1)      Sebagai informasi tentang kondisi keuangan yang dikelola untuk berbagai pihak yang memerlukan termasuk pemberian dana dan calon pemberi dana.
2)      Sebagai pertanggung jawaban atas pengelolaan keuangan yang ttelah dilaksanakan.
     Dengam adanya pedoman ini diharapkan sekolah menjadi lebih sadar dan peduli terhadap pentingnya pembuatan laporan keuangan yang baik dan transparan. Bentuk laporan keuangan dibuat terdiri dari laporan perkembangan keuangan serta laporan realisasi penggunaan dana.
c)      Mekanisme Pelaporan
Laporan dapat mengikuti mekanisme berikut :
1)      Laporan kemajuan pelaksanaan kegiatan dan keuangan sekolah dilakukan setiap akhir setengah semester atau semester, paling lambat minggu ke-2 pada bulan berikutnya.
2)      Laporan tersebut harus sudah diperiksa oleh komite sekolah mengenai keakuratan dan kebenarannya.
3)      Laporan akhir dibuat pada setiap akhir tahun ajaran, paling lambat satu minggu setelah masuk tahun ajaran berikutnya.
4)      Laporan pelaksanaan kegiatan dan keuangan dikirimkan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
5)      Laporan pelaksanaan kegiatan dilampiri dengan copy bukti/dokumen. Sedangkan laporan keuangan dikirim tanpa dilampiri dengan bukti/dokumen pengeluaran baik asli maupun copyan.
6)      Bukti/dokumen realisasi pengeluaran keuangan disimpan disekolah, tetapi harus siap bila diperiksa setiap saat oleh tim monitoring atau petugas yang berwenang.
7)      Laporan tetap dibuat dan dikirim walaupun tidak/belum ada realisasi pengeluaran dari dana yang telah dianggarkan.
8)      Berdasarkan pada laporan kemajuan dan laporan akhir tahun yang telah dibuat oleh sekolah, maka sekolah dapat menggunakan hasil-hasil yang telah dicapai sebelumnya sebagai bahan pertimbangan untuk merencanakan sasaran serta rencana dan program pelaksanaan tahun berikutnya.





BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Tidak ada strategi tunggal yang dapat menjamin keberhasilan implementasi MBS untuk semua tempat dan kondisi. Strategi implementasi MBS akan berbeda antara sekolah yang satu dengan sekolah lainnya dan antara daerah yang satu dengan daerah lainnya. Namun demikian, implementasi MBS akan berhasil apabila bertolak dari strategi yang mengacu kepada prinsip dan karaketeristik MBS itu sendiri. 
Faktor-faktor pendukung keberhasilan implementasi MBS ialah:
1.      Adanya political will dari pengambil kebijakan yang dapat dijadikan dasar hukum bagi sekolah,
2.      Finansial atau keuangan yang memadai,
3.      Sumber daya manusia yang tersedia,
4.      Budaya sekolah,
5.      Kepemimpinan,
6.      Keorganisasian sekolah.  
            Sekolah yang telah menerapkan MBS dapat dilihat dari beberapa ukuran atau indikator. Indikator-indikator tersebut dapat dilihat dari 3 pilar kebijakan pendidikan nasional yaitu pemerataan dan peningkatan akses, peningkatan mutu dan daya saing, serta tata layanan pendidikan yang lebih baik. Berdasarkan ketiga pilar tersebut, indikator-indikator keberhasilan implementasi MBS dapat dilihat dari semakin meningkat dan membaiknya:
Perencanaan pengembangan pendidikan di sekolah merupakan unsur penting dalam MBS, karena rencana pengembangan sekolah akan memandu semua warga sekolah bagaimana mengembangkan sekolah, kemana sekolah akan dikembangkan dan langkah apa yang harus ditempuh untuk melaksanakannya. Dalam merencanakan pengembangan kualitas sekolah harus melibatkan stakeholder, agar mereka mempunyai tanggung jawab dan ‘rasa memiliki’ terhadap sekolah. Dengan demikian, mereka diharapkan akan berperan aktif dalam mengawal, serta memonitor, dan mengevaluasi pelaksanaan program-program sekolah yang telah disepakati. 
Oleh karenanya, rencana pengembangan sekolah harus memuat dan menggambarkan secara jelas tentang visi dan misi sekolah, tujuan pengembangan sekolah, tantangan nyata, sasaran pengembangan sekolah, fungsi-fungsi penting dalam mencapai sasaran, analisis SWOT, alternatif langkah untuk mengatasi kelemahan dan acaman dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang dimiliki sekolah,  serta rencana dan program sekolah. Rencana pengembangan sekolah sebagai salah satu unsur implementasi MBS pada umumnya terdiri atas beberapa tahapan yang heirarkis dan sistematis. Setiap tahap memerlukan tahapan sebelumnya sebagai dasar penyusunannya. Misi sekolah disusun setelah visi disusun dan ditetapkan. Demikian juga, sasaran dapat ditetapkan setelah tujuan sekolah yang ditetapkan “dikonfrontasikan” dengan keadaan sekolah saat ini, sehingga ditemukan tantangan nyata sekolah. Rencana dan program baru dapat disusun setelah dilakukan identifikasi alternatif pemecahan masalah dan dipilih alternatif yang terbaik. RAPBS dapat dibuat setelah rencana dan program disusun.
B.     Saran
Dengan membaca makalah ini, pembaca disarankan agar dapat mengetahui dan mengaplikasikan strategi implementasi MBS dan menyusun rencana pengembangan sekolah (RPS) dalam kehidupan disekolah sebagai calon guru sehinga kualitas pendidikan meningkat dan menghasilkan output yang lebih kreatif dalam menghadapi kemajuan IPTEK dan menghasilkan output yang memiliki akhlakul karimah semoga makalah yang kami buat bisa bermanfaat bagi kami selaku penyusun dan para pembaca. Untuk kesempurnaan makalah ini kami mohoon kritik dan saran kepada rekan-rekan dan dosen pengampu, agar kami selaku penyusun bisa memperbaiki kekurangan-kekurangan dari makalah ini.





DAFTAR PUSTAKA
Fattah, N. 2004. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan Sekolah. Bandung: Pustaka Bai Quraisy

Mulyasa, E. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nurkholis. 2005. Manajemen Berbasis Sekolah: Teori, Model dan Aplikasi. Jakarta: Grasindo.

Sagala, S. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat: Strategi Memenangkan Persaingan Mutu. Jakarta: Nimas Multima.

Wohlsteeter & Mohrman. 1997. School-Based Management: Strategies for Success, CPRE Finance Briefs.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar